Suatu hal yang tidak perlu dipikirkan terlalu dalam

449078535_2297055107167028_2932567656233332437_n.jpg

Sepertinya aku harus bersyukur dalam beberapa waktu lalu sudah bisa meninggalkan tempat yang aku rasa tidak sehat bila berlama-lama di sana. Ya, memang aku bersyukur dapat mengalihkan fokusku dari situ ke hal lain yang lebih dapat dinikmati, bahkan bermanfaat.

Lepas beberapa hari yang lalu ternyata aku masih diberi kesempatan untuk kembali lagi ke sana. Tentu bukan di bagian yang tidak sehat itu. Kebetulan tempat itu dibagi menjadi dua bagian. Yang satu memang masih berjaya, yang satu bagaikan tempat buangan. Belum lagi kesan dari yang berada di sekitarnya memicu aura yang tidak sehat itu.

Kembali lagi ke bagian sebelumnya, ada yang dapat memancingku kembali ke sana. Syukurlah tidak ada hal buruk yang terjadi, malah aku sendiri menemukan yang klop dengan preferensiku. Bahkan aku jatuh cinta hingga saat ini.

Prinsipku sebenarnya adalah hindari untuk mengambil semua bagiannya, lebih baik secukupnya. Lebih baik menyenangkan hati daripada menyenangkan ego, tidak akan habisnya dan malah bikin lelah sendiri.

Tetapi hari ini dari sisi satunya mendapat berita yang buruk lagi. Yang tentu akan membakar api kebencian terhadap mereka menjadi lebih hitam bagaikan neraka. Mau dibilang kasihan, tetapi yang menaungi di sana juga tidak becus. Dari luar sudah terlanjur banyak stigma negatif dan tidak bisa diputarbalikkan lagi.

Masih ada yang aku suka di sana, hanya dua saja, atau lima. Dua kalau yang utama sih. Tetapi untuk keseluruhan, tidak bisa lagi. Tidak bisa dikatakan sehat kalau mau membahas mengenai mereka.

Karena berita yang buruk itu, aku kembali sadar bahwa hal itu seharusnya sudah di luar kendaliku. Jadi aku yakinkan kembali untuk tidak perlu memikirkan terlalu dalam. Karena pilihan lainnya juga masih ada di sini untungnya.

Foto: Luis Quintero di Pexels

halo@ufal.my.id