Ufal Salman

www.ufal.my.id – Professional Internet Yapper

I know you might be thinking that Facebook obviously don't wanna let you to upload anything sexual to the platform. Yes, it does, but up until few months ago, you still be able to upload R-18 anime-styled illustrations to Facebook, Instagram and Threads as long as it doesn't shows genitals. Well, it just depends on how the AI be able to understand what's on the image. Sometimes I could upload some illustrations with obvious sexual intercourse on it, just because the AI unable to detect things that's not supposed to be allowed.

But recently, just in the last few days, when I tried to do the same thing again, with some image selection that by the previous scenario are fine, on Facebook, Instagram and Threads, they don't allow me to do so anymore. Even with the same image I used back then and with the same account I manage. It goes immediately flagged and deleted after I posted it.

Meanwhile on the older posts I still got on one of the page I managed to post in the past still keeps the image despite now is falls below the bar. Obviously I won't try to do the same on that page because that page is under my main Facebook account and I don't want to play around with it because I already got zucced for full two months during August and October.

I don't think it still worth a try anymore. And obviously Facebook and its other platforms not a place for such a thing. You may try WhatsApp or Messenger because they are essentially chat apps, but you don't really wanna let Zuckerberg to see your collections too, isn't it?

halo@ufal.my.id

Baru-baru ini mempelajari istilah baru, “technoelitism”. Dimana terdapat sikap elitisme dalam sebuah lingkup yang berkaitan dengan teknologi. Hal ini lebih spesifik dalam konteks jejaring sosial terdesentralisasi dan IndieWeb.

Terdapat orang yang sudah berpengalaman yang lama tinggal di komunitas itu dan ada orang yang tidak tahu apa-apa yang ingin bergabung. Tetapi orang-orang baru tersebut dihadang oleh sikap elitisme orang lama karena ketidaktahuannya. Entah masih belum tahu atau memang enggan mengetahuinya karena bukan di bidang mereka. Seharusnya orang-orang lama ini bersikap lebih lunak dan bisa mengajak orang-orang baru tersebut untuk bergabung dengan rasa terbuka.

Semua pasti akan menemukan titik dimana suatu masalah terasa terlalu teknis, pastikan ajak mereka untuk mengatasi masalah itu bersama. Berikan juga pemahaman yang cukup dan setara dengan apa yang mereka ketahui. Dengan komunikasi yang terbuka, hal ini bisa membuat semua orang bisa memanfaatkan teknologi tersebut.

halo@ufal.my.id

I have to spit this out of my mouth before I completely forget about it again.

All things about Twitter being sucks is actually goes around the US politics and monetization factors around it.

I personally who use Twitter just for my hobby, especially retro computers and almost all-things weeb stuffs, vtubers, mobages, you name it, is not in any part of it. The two above and my hobbies isn't on the same page at all.

That's why leaving Twitter for good is not on my vision yet.

I have read about what Elon do and think when he manages Twitter now. It's disgusting obviously. Doing it for the sake's of his ego.

And when I looked back to what I do on Twitter, it supposed to be not obstructed at all. I just wanna keep up with my oshi, and that's what that is. I just want to see fanarts and cool stuff about what I'm following to.

US politics maybe not directly distrub me, because I could easily find it on fediverse. I don't particularly care about it. But monetization issue is keeping me not so well.

People will say anything, whether it's a real thing or just a bogus, even littering timeline with bots. Whatever it takes, just for engagement, and later for revenue if they subscribe to Blue.

Elon killing social interaction with money and ego.

This same goes for Facebook and TikTok, almost the same way on monetization.

Although what's definitely a good thing I found on fediverse is more new friends. The things I can't get on Twitter all these years because mostly are just my Facebook friends anyway.

In the end I still think I can't leave Twitter for now.

halo@ufal.my.id

Hadeh, sepertinya perlu ada penjelasan lebih mengenai artikel yang sebelumnya aku tulis mengenai Pengaruh Tarif YouTube Premium yang Naik Terhadap Akses Musik Touhou di Suara Youkai siang ini. Dan tentu bagian inilah yang gak bisa aku bahas di sana karena masalah legalitasnya.

Yang menjadi poin penting adalah rilisan lagu dari Touhou Doujin Music Distribution di YouTube Music adalah mereka merilisnya hanya untuk pengguna yang memiliki langganan dan pengguna di free tier tidak dapat mengaksesnya. Sama halnya dengan Apple Music, walau memang karena Apple Music tidak memiliki free tier sama sekali. Nah, hal ini berbeda dengan Spotify dimana kalian bisa mendengarkan lagunya secara gratis tanpa langganan.

Tidak lama kemudian setelah artikel naik, ada beberapa orang yang menampik hal ini dengan merekomendasikan untuk menggunakan klien YouTube modifikasi yang dikenal sebagai ReVanced. Klien YouTube ini biasanya diasosiasikan dengan keinginan kita untuk menonton YouTube tetapi tidak mau ada iklan dan bisa melakukan background play. Tetapi sayang sekali, bukan ini jawaban dari masalah yang kita hadapi.

Memang benar YouTube ReVanced bisa menghilangkan iklan dan memberikan fitur-fitur yang biasanya ada di YouTube Premium. Tetapi ReVanced tidak bisa memberikan akses ke konten yang memang dirilis untuk pengguna berbayar, salah satunya adalah lagu-lagu Touhou yang dirilis oleh Touhou Doujin Music Distribution. Yang secara otomatis jika kalian mencari lagu-lagu tersebut menggunakan YouTube ReVanced, kalian gak bakal menemukannya.

Mengapa ReVanced tidak bisa melakukannya? Karena ReVanced sendiri hanya melakukan spoof iklan sehingga tidak ada iklan yang muncul dan tidak bisa memberikan akses ke konten yang memang sudah diatur hanya untuk pengguna berbayar. Jadi sejatinya kita tetap menggunakan YouTube sebagai pengguna free tier tetapi memiliki fitur dari Premium, bukan konten dari Premium.

halo@ufal.my.id

Jujur, gue terlalu convinced sama omongan bapak kalo Tsel di sekitaran rumah gue itu jelek. Lebih jelek dari Tri bahkan.

Dan itu gegara di tahun 2019 gue nyoba By.U untuk pertama kalinya, dan pas tak cobain malah ga bisa dapet 3G, stay di EDGE mulu. Bapak langsung nyeletuk kalo di sini Tsel emang jelek, bahkan kalo nelpon harus keluar rumah. Dan sejak saat itu mikirnya masih mending Tri yang emang terbukti stabil karena selama ini juga gue sama bapak pake.

Belum lagi at least dua tahun kemaren pas ada pembeli di warung mau bayar pake QRIS, dan dia pake Tsel, lemot juga loadingnya. Ya mungkin karena kurang mantep aja dapet sinyalnya di sini.

Dan itu udah bikin pikiran gue saklek kalo Tsel di rumah gue jelek.

Eh kemaren gegara KKN XL hilang sinyal sebentar langsung panik nitip beliin Tsel di bawah gunung, gue jadi mau gak mau ngerawat kartu ini, 'kan. Akhir-akhir ini iseng pake, eh ternyata cepet juga, by means gak ngadat kayak 5 tahun yang lalu pas pake By.U.

Ya ini juga karena bias yang sudah tertanam karena pengalaman buruk sih. By.U juga 2019 itu masih baru banget, 'kan. Mikir kalo nebeng Tsel harusnya sinyalnya sama. Toh paket yang gue beli pas itu juga yang kuota, bukan unli.

Dan tentu saja karena gue udah ada 3 nomer. AXIS nomer utama, XL dapet karena bundling dari hape sebelumnya yang buat alternatif paketan, Tri yang buat paketan. Gue gak mau dong beli Tsel lagi for the sake of nyoba, males aktivasinya. Eh, malah kebeli juga gegara KKN kemaren.

Foto: merancang.id

halo@ufal.my.id

Yang gak dibahas di sini dan perlu ditelaah lagi adalah Tiktok (dan Facebook sama Twitter sekarang) juga ada program benefit kalo eligible. Ya, tentu ini dimanfaatin orang buat nyari income. Demokratisasi internet itu bagus, tapi kalo membuka peluang tanpa ada moderasi dan yang penting untungm yang gak ada substansi jadi ikutan di atas, membodohi yang ngikutin.

Kalo di Facebook taulah biasanya gimana, AI slop tapi rajin posting, eh masuk suggestion, dapet views doang udah bisa dapet receh. Kalo di Twitter, banyak tuh bot orang india yang verified yang sering nongol di reply tweet akun-akun gede. view banyak, receh masuk. Kalo di tiktok, mungkin hampir mirip sih, yang penting view gede bisa dapet receh in general.

Terlebih ini ada satu kasus kemaren dimana ada komikus yang dicolong komiknya buat direupload ke tiktok. Pas disamperin via japri minta hapus, mohon buat ada yang diexclude karena udah terlanjur FYP. Like, dude, that's not even yours, how come you can say that to the original author? Abis itu ngasih alasan duitnya mayan. Dia bocil umur masih belia mikirnya dah duit tapi gak mikir how's that even legal at the first place. Not going to assume their education tho, but that's so clear that they don't even understand what is an ownership.

Kembali ke awal tadi, dia being on Tiktok just for profit's sake, duit doang yang dipikir. Penting FYP kan. Konten apapun bebas yang penting FYP terus dapet duit and also not for being himself. Bukan lagi media sosial kalo gitu namanya kan. Gue pribadi juga bingung kalo Tiktok dianggep sosial media tuh gimana. I barely even able to use it as it is.

People barely understand how things they use works and just think that “yeah it just works”. Gak bakal nyalahin, tapi kesel kalo dah diingetin jadi ngeyel. And there's a lot of another stuff we could dig in, but obviously I can't for the moment. Mungkin di lain waktu.

halo@ufal.my.id

Untuk mengatasi limitasi yang dimiliki oleh Nokia 6233 milikku yaitu ukuran maksimal penyimpanan eksternal sebesar 2 GB dan luaran audio yang cukup terbatas melalui port medianya serta adaptor murah yang aku pakai, alangkah baiknya jika aku menyiapkan berkas-berkas musik yang aku punya dengan konfigurasi sebagai berikut.

Kodek yang digunakan tetap menggunakan MP3/MPEG Audio Layer III dengan sampling rate sebesar 22,05 kHz dan bit rate sebesar 96 kbps. Konfigurasi seperti ini dianggap cukup untuk memenuhi kriteria luaran suara yang dihasilkan oleh Nokia 6233 dan belum keluar dari “zona” dimana luaran suara dianggap masih bisa dinikmati dan cukup jelas. Dengan konfigurasi ini, satu berkas audio dengan menggunakan contoh lagu ETERNAL FLAME (VOID) dari DIAMOND DUST dengan durasi 3 menit 24 detik, ukuran berkas yang dihasilkan sebesar 2,34 MB saja.

Apabila kita aplikasikan pada kasus kita kali ini, dengan perkiraan lagu yang dimasukkan sepanjang 4 menit dan satu lagu sebesar 2,8 MB, maka untuk memenuhi sebuah kartu micro SD sebesar 2 GB, maka kita dapat mengisi hingga 680 lagu di dalamnya.

halo@ufal.my.id

Nama dari akun sebelah, @ufal@mastodon.social nongol di bawah tautan yang terlampir. Situs yang gue pake itu dihost di Cloudflare Pages dan pake 11ty buat bikinnya. Metodenya juga sesuai panduan, pakai <meta name="fediverse:creator" content="@ufal@mastodon.social" />

halo@ufal.my.id

Gak kerasa, sih. Jujur. Dan efeknya lumayan berbeda dengan saat kemarin sempat dipenjara juga, tapi gue masih install saat itu dan login ke akun satunya. Gue gak mau langsung ke kesimpulan, tapi yang gue rasakan adalah gue terhindar dari ketoksikan linimasa Facebook yang udah cukup amburadul itu. Walau bener temen gue pada di sana semua, tetapi gue merasa lebih menerima sekarang walau udah kezucc ke sekian kalinya. Terlebih gue bisa menikmati waktu lebih luang untuk akun SNS gue yang lain kayak Twitter, Instagram, dan juga fediverse dan Bluesky. Gue juga mencoba meresapi konsep-konsep menjadi independen di internet dengan indieweb dan POSSE. Gue masih login di Facebook untuk posting di fanpage, tetapi tidak melakukan lebih dari itu. Hanya untuk ngurusin page. Itupun gue lakukan di desktop, bukan hape. Gue paham sekarang gue harus mengurangi beban pekerjaan yang ada di hape gue.

halo@ufal.my.id

Gue agak telat dengerin sih, dua bulanan. Tapi baru tadi malem iseng dengerin pas mau tidur, tau-tau earworm njir. Tapi aneh aja kenapa terjemahan bahasa Inggris resminya cuma “crazy!” wkwkwkwkwk. She's cute tho nonetheless.

halo@ufal.my.id